Scaffolding modular vs tradisional kini menjadi perbandingan yang semakin sering dibicarakan dalam perkembangan konstruksi modern. Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja di lokasi proyek, pemilihan jenis perancah yang digunakan tidak lagi hanya soal biaya atau ketersediaan, tetapi juga soal keandalan dan keamanan.
Baik scaffolding modular maupun tradisional memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, namun dari sisi keselamatan kerja, manakah yang lebih unggul?
Artikel ini akan membahas perbedaan antara scaffolding modular dan tradisional, menganalisis aspek keamanannya, serta memberikan gambaran tentang aplikasi terbaik untuk masing-masing jenis perancah.
Apa Itu Scaffolding Tradisional?

Scaffolding tradisional merujuk pada sistem perancah konvensional yang umumnya terdiri dari pipa-pipa logam (biasanya baja atau galvanis) dan sambungan penjepit. Sistem ini telah digunakan selama beberapa dekade dan masih banyak ditemukan di proyek konstruksi berskala kecil maupun menengah.
Ciri-ciri Scaffolding Tradisional:
- Dirakit secara manual oleh pekerja di lapangan
- Mengandalkan sambungan penjepit (clamp) dan kunci
- Fleksibel dalam bentuk dan tinggi
- Membutuhkan waktu dan keahlian lebih dalam pemasangan
Keunggulan dari scaffolding tradisional adalah kemampuannya menyesuaikan dengan berbagai jenis struktur bangunan. Namun, kompleksitas dan kebutuhan tenaga kerja tinggi menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam hal keselamatan kerja.
Apa Itu Scaffolding Modular?
Scaffolding modular adalah sistem perancah modern yang terdiri dari komponen yang telah didesain dan diproduksi secara presisi di pabrik. Sistem ini umumnya menggunakan rangka modular dengan konektor yang mudah dipasang, seperti sistem ringlock, cuplock, atau kwikstage.
Ciri-ciri Scaffolding Modular:
- Menggunakan komponen standar pabrik
- Dirancang untuk instalasi cepat dan presisi tinggi
- Minim penggunaan alat manual
- Lebih stabil dan terstruktur
Scaffolding modular semakin populer karena kemudahan instalasi, efisiensi waktu, dan tingkat keamanan yang lebih tinggi. Banyak perusahaan konstruksi besar dan proyek dengan standar keselamatan tinggi mulai beralih ke sistem ini.
Perbandingan Keamanan Scaffolding Modular vs Tradisional
1. Stabilitas dan Desain Struktural
Scaffolding modular dirancang dengan sistem koneksi yang kokoh dan presisi. Setiap komponen terkunci secara otomatis dan simetris, mengurangi risiko kesalahan manusia dalam pemasangan. Sebaliknya, scaffolding tradisional sangat bergantung pada pengalaman dan keahlian pemasang untuk memastikan setiap sambungan aman.
2. Kecepatan Pemasangan dan Potensi Human Error
Proses pemasangan modular jauh lebih cepat dan standar. Dengan komponen yang telah dirancang pas satu sama lain, waktu kerja menjadi lebih singkat dan risiko kecelakaan karena kelelahan atau kesalahan teknis menurun. Pada scaffolding tradisional, waktu pemasangan lebih lama, dan potensi kesalahan seperti sambungan yang tidak kuat atau pemasangan tidak sejajar bisa terjadi.
3. Penggunaan Alat Keselamatan Tambahan
Pada scaffolding modular, sistem sudah dilengkapi dengan komponen pelindung seperti guardrails (pagar pengaman), toe boards (papan pelindung kaki), dan platform anti-slip. Scaffolding tradisional memerlukan penambahan manual komponen ini, yang sering kali diabaikan karena alasan waktu atau biaya.
4. Inspeksi dan Perawatan
Scaffolding modular mempermudah proses inspeksi karena menggunakan komponen standar. Setiap bagian dapat diperiksa secara cepat dan efisien. Sebaliknya, scaffolding tradisional sering kali menggunakan pipa dan sambungan yang berbeda-beda, sehingga menyulitkan pengecekan integritas struktural secara menyeluruh.
5. Kesesuaian dengan Regulasi K3
Banyak regulasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) modern, termasuk standar internasional seperti OSHA dan ISO 45001, lebih kompatibel dengan sistem scaffolding modular karena elemen keamanannya telah tertanam dalam desain. Scaffolding tradisional masih bisa memenuhi standar, tetapi membutuhkan upaya tambahan.
Studi Kasus: Penerapan Scaffolding Modular pada Proyek Gedung Tinggi
Sebuah proyek pembangunan gedung perkantoran di Jakarta memilih menggunakan scaffolding modular sistem ringlock. Dengan target pembangunan yang ketat dan lingkungan kerja padat, sistem modular terbukti mempersingkat waktu pemasangan hingga 40% dibandingkan scaffolding tradisional.
selain itu, tidak ditemukan insiden kecelakaan terkait scaffolding selama proyek berlangsung, berkat penggunaan guardrail dan platform anti-slip yang terpasang otomatis.
Sebaliknya, proyek sebelumnya yang menggunakan scaffolding tradisional menghadapi beberapa kendala keselamatan akibat sambungan yang longgar dan pemasangan tidak simetris, meskipun dilakukan oleh tim berpengalaman.
Kapan Harus Menggunakan Modular atau Tradisional?
Gunakan Scaffolding Modular bila:
- Proyek memiliki standar K3 yang ketat
- Lingkungan kerja menuntut efisiensi tinggi
- Perusahaan memiliki anggaran untuk sistem modern
- Diperlukan skalabilitas dalam waktu singkat
Gunakan Scaffolding Tradisional bila:
- Struktur bangunan tidak standar dan kompleks
- Biaya menjadi pertimbangan utama
- Proyek berskala kecil dan temporer
Baca Artikel Lainnya:Â Standar Keamanan Scaffolding, Apa Saja yang Harus Dipenuhi?
Dari sudut pandang keselamatan kerja, scaffolding modular lebih unggul dibandingkan scaffolding tradisional. Sistem modular menawarkan pemasangan yang lebih cepat, komponen keamanan bawaan, dan kemudahan inspeksi.
Meskipun scaffolding tradisional tetap memiliki tempatnya dalam industri konstruksi, terutama karena fleksibilitas dan biaya yang lebih rendah, kebutuhan akan keselamatan kerja yang semakin tinggi membuat sistem modular menjadi pilihan masa depan.
Perusahaan konstruksi yang ingin meningkatkan standar K3 dan efisiensi operasional disarankan untuk mempertimbangkan investasi pada scaffolding modular. Dalam jangka panjang, keuntungan dari segi keselamatan dan waktu pengerjaan jauh lebih bernilai dibandingkan penghematan biaya awal.